Berikut wawancara Tribun News dengan orang yang membidangi secara teknis Jabulani, Dr Andy Harland PhD Beng (Hons) DIS Ceng MIMeche, yang juga seorang dosen senior Teknologi Olahraga di Universitas Loughborough, Inggris. Tribun bertemu saat berkunjung ke Nelson Mandela Square, markas besar South Africa Broadcasting Corp (SABC) menyiarkan secara langsung setiap pertandingan ke seluruh dunia.
Q: Apa kabar Andy?
A: Baik, terima kasih.
Banyak protes, terutama dari kalangan kiper, mengenai Jabulani yang mereka anggap terlalu cepat dan tidak berkawan dengan penjaga gawang. Menurut Anda?
Saya pikir wajar karena memang kami benar-benar menciptakan bola baru dengan dimensi yang berbeda. Kami di tim Loughborough bekerja sangat keras untuk menampilkan data teknis Jabulani sesempurna mungkin. Termasuk di dalamnya adalah unsur aerodinamis, seperti halnya mobil Formula Satu. Karena itulah, terutama para kiper, mengaku Jabulani kurang bersahabat. Tapi sebenarnya tidak demikian, karena kami juga memberi respons pada tangkapan kiper.
Maksud Anda?
Dalam sistem konfigurasi fisika dan matematika yang kami gunakan sepanjang penelitian, semua aspek sudah kami hitung, termasuk tangkapan kiper. Dalam beberapa sisi, Jabulani justru menguntungkan penjaga gawang. Artinya, kalau saya boleh menyebut, Jabulani ini akan menjelaskan kualitas kiper yang bersangkutan secara utuh. Jika mereka tidak bisa menundukkan Jabulani, tentu ada yang salah dengan kiper itu, entah cara menangkap, mengantisipasi, atau malah gerak refleks mereka yang kurang. Saya pikir bola ini bisa menjadi bahan evaluasi tim pelatih kiper.
Dari sisi fisika dan aerodinamis, bola ini memang dirancang lebih cepat?
Saya pikir tidak demikian. Cepat atau tidaknya tergantung pada angin. Dan kami di ruang penelitian melakukan serangkaian percobaan, terutama untuk menyesuaikan diri dengan kondisi alam Afrika Selatan. Musim dingin tentu memberikan efek lain karena di Eropa pun kami melakukan riset yang sama. Bedanya, di sini tiupan angin cukup kencang, terutama di Cape Town, Bloemfontein, dan Durban. Jadi, kami buat Jabulani sefleksibel mungkin, bisa dipakai di kawasan berangin kencang ataupun tidak ada angin sama sekali.
Berapa tingkat kecepatan Jabulani dibanding bola edisi Germany 2006?
Kami sepakat bahwa Jabulani lebih kencang lima persen dibanding empat tahun sebelumnya, terutama dalam urusan beradaptasi dengan angin. Artinya, secara matematis justru Jabulani ini mereduksi kecepatan angin yang membuat bola makin stabil.
Bagaimana Anda bisa memeroleh data seperti itu?
Kami tidak sembarangan membangun data aerodinamis dan statistika Jabulani. Kami menguji layaknya tengah membangun sebuah mobil untuk balapan F-1. Kami menempatkan Jabulani pada wind tunnel atau terowongan angin guna memperoleh data kestabilan saat harus diterpa angin. Mungkin tidak sempurna sekali, tapi kami percaya Jabulani sudah mengadopsi sistem teknologi tinggi yang membuatnya 99,99 persen sempurna dan sangat pas bagi setiap pemain.
Maksud sangat pas bagi setiap pemain?
Artinya seperti ini, kontur luar Jabulani kami buat berdasar masukan dari ratusan pemain kelas dunia yang memiliki tipikal permainan dan menendang berbeda. Kaka, David Bekcham, Roberto Carlos, Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Steven Gerrard, Frank Lampard, Didier Drogba, Wayne Rooney, Alberto Gilardino, Andrea Pirlo, Fernando Torres, Xavi Hernandez, dan Steven Pienaar adalah sebagian pemain yang telah memberikan masukan tentang Jabulani, terutama tentang kontur bola yang disesuaikan dengan permainan modern.
Apa yang Anda dapat?
Kami memeroleh data, hampir 80 persen pemain di dunia menggunakan sisi dalam untuk menendang keras dan sangat jarang menggunakan sisi samping. Tapi justru karena minoritas itu, kami bekerja keras agar pemain mau terpancing. Selain itu, data yang kami peroleh juga mengungkapkan, rata-rata kecepatan sepakan maksimal pemain berkisar di rentang 100-150 kilometer per jam. Artinya, para pemain bisa saja meningkatkan kualitas tendangan jika sang bola diset menggunakan teknologi tinggi. Dan itulah yang kami dapat.
Apakah Jabulani juga cocok untuk cuaca hujan?
Tentu saja. Jabulani adalah bola modern yang mudah beradaptasi dalam kondisi cuaca apa pun, baik suhu maupun kecepatan angin. Semua itu kami dapat melalui riset sejak 2002, yang memang kami persiapkan khusus. Delapan panel yang ada di bagian luar memberikan informasi kelenturan Jabulani pada semua aspek cuaca. Saya jamin, saat hujan atau panas, Jabulani tetap stabil. Bahkan sepanjang pertandingan bola tersebut tidak akan berubah, baik kualitas maupun keuntungan bagi pemain. Artinya, kala sang pemain sudah berada di level 85 menit, Jabulani akan membantu pemain untuk tetap bisa bermain secara akurat. Pasalnya, 87 persen data kami menyebutkan, para pemain hanya tinggal menyisakan 55 persen stamina mereka jika sudah melewati level 80 menit. Jabulani ini tidak memberi beban berat sehingga pemain tersebut tetap bisa stabil, bukan malah terbebani bola yang berat.
Berapa kali Anda melakukan percobaan untuk mendapatkan model teknis Jabulani?
Saya pikir kami sudah melakukan ribuan kali percobaan. Namun dengan bentuk utuh untuk mendapatkan data presisi, kami melakukan 40 kali percobaan berteknologi tinggi menggunakan teknik tiga dimensi. Uji ini sangat berguna untuk mendapatkan performa Jabulani yang sebenarnya di lapangan. Walhasil, Jabulani adalah bola yang memiliki efek presisi terbaik dibanding bola manapun saat ini.